BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2011 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebap kematian nomor 6 di Indonesia.
Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko besar), polusi udara dan tingginya prevalensi kolonisasi bakteri pathogen nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol, perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya,
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pneumonia?
2. Apa penyebap Pneumonia?
3. Bagaimana proses terjadinya Pneumonia (patofisiologi)?
4. Apa tanda dan gejala Pneumonia?
5. Bagiamana penatalaksanaan medis Pneumonia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Pneumonia?
7. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Pneumonia?
8. Bagiamana asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia?
C. Tujuan Umum
Memenuhi tugas kelompok di blok Respirasi III mengenai Infeksi Parenkim Paru “Pneumonia” yang diberikan oleh dosen pembimbing dan mengetahui konsep penyakit secara umum serta asuhan keperawatan yang tepat untuk penyakit ini.
D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Pneumonia
2. Mengetahui penyebap Pneumonia
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala pneumonia
4. Mengidentifikasi proses terjadinya pneumonia
5. Mengetahui penatalakasanaan medis pneumonia
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pneumonia
7. Mengetahui komplikasi Pneumonia
8. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia
E. Sistematika penyusunan
Penyusunan makalah ini terbagi atas empat (IV) bab yang tersusun secara sistematis meliputi :
1. BAB I PENDAHULUAN : meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum, tujuan khusus, sistematika penyusunan, dan ruang lingkup penyusunan
2. BAB II PEMBAHASAN : meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, pemeriksasaan penunjang dan komplikasi Pneumonia
3. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN : meliputi pengkajian, diagnosa dan perencanaan perawatan Pneumonia
4. BAB IV PENUTUP : meliputi kesimpulan dan saran
F. Ruang Lingkup Penyusuanan
Penyusunan makalah ini menggunakan metode deskriptif yang menjelaskan konsep penyakit Pneumonia secara umum dan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk pasien Penumonia yang diambil dari beberapa literatur buku dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Djojodibroto, D. (2009. Hal 163 ).Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme – bakteri , virus, jamur, parasit – namun pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia ataupun karna paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme ( fisik, kimiawi, alergi ) sering disebut sebagai pneumonitis.
Menurut Muttaqin, A.(2008. Hal 98) Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Pneumonia juga mungkin disebabkan oleh terapi radiasi untuk kanker payudara atau paru, biasanya terjadi selama 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai.
B. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi.
Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikroorganisme, dengan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Etiologi:
• Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus
• Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
• Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini
• Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
• Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
• virus sinsisial pernafasan.
• Adenovirus.
• virus parainfluenza dan
• virus influenza.
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, defisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia: Umur dibawah 2 bulan, tingkat sosio ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, menderita penyakit kronis.
C. Patofisiologi
Pneumonia kimiawi adalah pneumonia yang terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada diudara, aspirasi organisme dari nasofaring ( penyebab pneumonia bacterialis yang paling sering ) atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke bronchiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan intersititial. Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli ke alveoli di seluruh segmen / lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Bakteri pneumokokus difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri pneumokokus di dalamnya. Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak bewarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat-fibrin dibuang dari alveoli, terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuannya dalam melakukan pertukaran gas.
D. Manifestasi klinis
Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC), nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk, takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping hidung, nadi cepat dan bersambung, bibir dan kuku sianosis, sesak nafas.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
5. LED : meningkat
6. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
7. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : mungkin meningkat
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999).
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit ini adalah :
a. Efusi pleura
b. Hipoksemia
c. Pneumonia kronik
d. Bronkaltasis
e. Atelektasis
f. Komplikasi sistemik ( meningitis).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
– Identitas pasien
– Keluhan utama : keluhan utama yang sering menjadi alasan pasien dengan pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, demam.
– Riwayat penyakit sekarang : pengkajian mengenai riwayat penyakit dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Pada pasien pneuminia keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran.
– Riwayat penyakit dahulu : pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah pasien pernah mengalami infeksi salurang pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.
– Riwayat penyakit keluarga : pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang lain yang pernah mengalami penyakit yang sama, karena penyakit ini biasanya menular.
– Pengkajian Psiko-sosial : dilakukan untuk mengetahui kebiasaan yang sering dilakukan pasien yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ini, dan dapat pula mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggal pasien yang memungkinkan timbul penyakit ini.
2. Pemeriksaan fisik
– Keadaan umum : keadaan umum pasien pneumonia biasanya lemah, karena adanya keluhan sesak napas yang diderita,
– Vital Sign : hasil vital sign pasien pneumonia biasanya akan menunjukkan peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi, pernapasan akan meningkat karena sesak napas, dan jika tidak ada komplikasi sistemis, maka tekanan darah tidak akan mengalami masalah.
– Pemeriksaan B6 dan IPPA
a. Breathing
Inspeksi : gerakan pernapasan simetris dan biasanya ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan cepat dan dangkat, adanya retraksi dinding dada, napas cuping hidung.
Palpasi : pada palpasi yang dilakukan biasanya didapatkan gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kiri dan kanan. Tactil fremitus biasanya normal.
Perkusi : pasien pneumonia tanpa komplikasi biasnya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup pada pasien pneumonia biasanya didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi satu tempat.
Auskultasi : pada pasien pneumonia didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronchi basah pada sisi yang sakit.
b. Blood
Pada pasien pneumonia pengkajian yang didapat meliputi :
Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasnya tidak didapatkan
c. Brain
Klien dengan penumonia yang berat sering mengalami penurunan kesadaran, didapatkan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
d. Bladder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan, karena oliguria merupakan tanda awal terjadinya syok.
e. Bowel
Klien biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
f. Bone
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebapkan ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
B. Diagnosa kepewataan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal.
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif dan kerusak membran alveolar-kapiler
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemik bakterimia/viremia.
C. Perencanaan keperawatan
1.Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal
Tujuan : Dalam waktu 3 kali 24 jam setelah di berikan intervensi kebersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria evaluasi :
– Klien mampu melakukan batuk efektif.
– Pernapasan klien normal (16-20 kali/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu napas. Bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan normal.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas). Penurunan bunyi napas menunjukan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja pernapasan.
Kaji kemampuan klien mengeluarkan skresi dan catat karakter dan volume sputum.
Pengeluaran sulit bila secret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat )
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu klien latihan napas dalam dan batuk yang efektif. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan skret ke jalan napas besar untuk di keluarkan.
bersihkan secret dari mulut dan trachea,bila perlu lakukan penghisapan Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan di lakukan bila klien tidak mampu mengeluarkan secret.
Kolaborasi
Pemberian obat sesuai indikasi Pengobatan antibiotok yang ideal berdasarkan tes uji resistensi bakteri terhadap jenis antibiotic sehingga lebih mudah mengobati pneumonia
2.Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan membrane alveolar-kapiler.
Tujuan : dalam waktu 2 kali 24 jam setelah di berikan gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
– Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea
– Klien menunjukan tidak ada gejala distress pernapasan
– Menunjukan perbaikan venilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal.
Rencana Intervensi Rasional
Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi thoraks, dan kelemahan. Pnemumonia mengakibatkan efek luas terhadap paru,bermula dari bagian kecil bronkho pneumonia sampai inflamasi difusi yg luas, nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis yg luas.
Ajarkan dan mendukung pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru Membuat tahan untuk melawan udara luar untuki mencegah kolaps /penyempitan jalan napas sehingga membantu mnyebarkan udara melalui paru dan mengurangi napas pendek
Tingkatkan tirah baring, batasi aktifitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien. Menurunkan konsumsi oksigen selama periode , penurunan pernapasan dan dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi
Melakukan pemeriksaan AGD Penurunan kadar O2(PO2) dan atau saturasi,peninfkatan PCO2 menunjukan keburuhan untuk intervensi atau perubahan program terapi
3. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemik bakterimia/viremia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama …x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-370C), tidak terjadi kejang.
Rencana tindakan Rasional
1. Kaji saat timbulnya demam
2. Kaji vital sign setiap 3 jam atau lebih sering
3. Berikan kebutuhan cairan ekstra
4. Berikan kompres hangat
5. Berikan tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman seperti mengelap punggung yan g berkeringat, berikan minum
6. Kolaborasai dalam pemberian antipiretik dan antibiotik 1. Mengidentifikasi pola demam
2. Acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga perlu untuk diimbangi dengan intake cairan yang banyak
4. Konduksi suhu membantu menurunkan suhu tubuh
5. Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi dan pemberian minum yang banyak membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh
6. Antipiretik diperlukan untuk membantu menurunkan suhu tubuh kembali normal, antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih parah yang dapat meningkatkaan suhu tubuh menjadi lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang dapat menyerang setiap usia. Pneumonia adalah suatu penyakit yang disebapkan oleh infeksi bakteri Streptococus pneumoniae dengan tanda gejala yang akan muncul adalah demam, batuk, sesak napas, dan terkadang disertai dengan nyeri dada.
Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien pneumonia dalah pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi oleh bakteri dan pemberian antipiretik untuk mengatasi suhu tubuh yang tinggi. Selain itu pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk melihat daerah paru yang terkena infeksi, dan mengetahui apakah ada komplikasi lain yang dapat disebapkan oleh penyakit ini.
Asuhan keperawatan pasien pneumonia dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien. Selain itu pemeriksaan fisik juga penting untuk dilakukan sebelum memutuskan tindakan apa yang akan diberikan, karena pemeriksaanf fisik akan menjadi dasar perencanaan tindakan yang akan diberikan.
B. Saran
Mengingat pneumonia adalah penyakit yang menyerang salah satu sistem vital tubuh yaitu sistem respirasi, maka penting untuk diberikan penanganan sesegera mungkin dna setepat mungkin untuk menghindari keadaan fatal pada pasien pneumonia. Pendidikan kesehatan juga penting untuk diberikan kepada pasien maupun keluarganya untuk menghindari komplikasi dan terulangnya kejadian yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
dr. Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
http://health.lintas.me/article/atasitbc.blogspot.com/penyakit-infeksi-pada-parenkim-paru (diunduh pada tanggal 27 April 2013 pukul 21.20 wita)
Tinggalkan Balasan